Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Cerita Rakyat Tapanuli Tao Sipingan dan Tao Losung

Danau Sipingan Dan Danau Losung Cerita ini berasal dari daerah di Tapanuli Utara di daerah Dilahan, kecamatan Lintong Ni Huta. Sekarang Kecamatan Lintong Ni Huta tidak lagi menjadi kabupaten Tapanuli Utara melainkan telah memekarkan dirinya menjadi Kabupaten baru yakni Kabupaten Humbang Hasundutan yang ibukotanya Dolok Sanggul. Pada dahulu kala hiduplah dua orang bersaudara, yang bernama Datu Dalu dan adiknya Sangmaima. Orang tuanya mempunyai sebuah tombak pusaka. Sesuai dengan adat, jika orang tua meninggal maka tombak pusaka itu jatuh ke tangan anak yang tertua - Datu Dalu. Suatu ketika Sangmaima ingin meminjam tombak pusaka itu untuk berburu babi hutan. Datu Dalu meminjamkan tombak itu pada adiknya dengan syarat tombak itu harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang. Ketika Sangmaima sampai di kebunnya dia melihat seekor babi hutan sedang merusak tanamannya. “Babi hutan, sialan! Kerjanya merusak tanaman orang!” teriaknya. Tanpa berpikir panjang ia melemparkan tombak pusaka dan

Asal Usul Marga HUTAGALUNG

Jika dirunut dari si Raja Batak maka Si Raja Hutagalung berada pada keturunan (sundut) kedelapan : Si Raja Batak -- Raja Isumbaon -- Tuan Sorbadibanua alias Sisuanon -- Siraja Sobu alias Toga Sobu -- Hasibuan -- Guru Mangaloksa -- Hutagalung.Keturunan HutagalungHutagalung adalah anak ketiga Guru Mangaloksa dan keturunannya inilah yang bermarga Hutagalung. Hutagalung sendiri memiliki dua anak : Miralopak dan Raja Ina-ina.Keturunan secara rinciMiralopak Datu Harean Datu Mulia Ompu Raja Ulangdongan Datu Nalimuton Ompu Nihobol Siboru Oloan (Boruna) Tuan Napitu dari Istri Pertama : Ompu Ni Ujung Oloan dari Istri Kedua : Namora Tonggor dan Datu Timpus Raja Inaina Raja Inum (Matasapiaklangit) Ompu Guntur Ompu Panagom Ompu Riaminum Datu Sorga Raja Siantar Pandejalang Bulung Motung Ompu Raja Ucan Partombus Boltok Martua Populasi awalKelompok Marga Hutagalung di Tarutung merupakan elemen pertama Batak melakukan kontak dengan dunia luar di pesisir barat Sum

Cerita Rakyat Tapanuli Utara Dengan Judul Sampuraga

            Pada jaman dahulu ada satu keluarga di daerah Tapanuli Utara. Tepatnya di desa Tarutung keluarga ini hidup dalam keadaan yang sangat sederhana, pekerjaan dari keluarga ini adalah bertani. Pasangan suami istri tersebut telah berkeluarga cukup lama yakni 15 tahun yang tidak dikaruniai keturunan. Pada usia ke 18 pernikahan merea, istri sang bapak tersebut mengalami gejala-gejal kehamilan. Alangkah bahagianya keluarga tersebut sejak lama menunggu sang anak.             Memasuki usia ke 9   bulan janin tersebut ibu itu akan melahirkan seorang anak laki-laki. Pasangan suami istri tersebut alangkah bahagianya karena kelahiran anak laki-laki di dalam keluarga mereka. Sang ayah memberi nama anak dengan nama Sampuraga.             Sampuraga yang berkembang dewasa tidak ingin melihat keluarganya dalam keadaan yang begitu saja hanya bertani di ladang Ia memiliki niat untuk merantau ke kota. Ia meminta izin kepada ke dua orang tuanya. Dengan berat hati Sampuraga pun dilepaska

Rura Silindung dan Keindahannya

Gambar
Salib Kasih Salib Kasih Tarutung Ke Silindung pasti tidak akan lupa dengan tempat wisata yang satu ini. Di atas bukit Siatas Barita, terukir Salib dengan gagahnya yakni Salib Kasih. Salib Kasih digagasi tahun 1992 oleh Drs. TB. Pasaribu, Kepala Dinas Pariwisata saat itu dan diresmikan oleh Bupati Tapanuli Utara Lundu Panjaitan, SH pada tahun 1993. Salib Kasih saat ini merupakan lokasi dari Misionaris Jerman yang bernama I.L. Nommensen. Pada tanggal 11 November 1863, Nomensen memandang ke arah Rura Silindung. Di dalam pengelihatannya bahwa suara lonceng gereja akan bergema di daerah ini. Meskipun orang-orang di Rura Silindung belum mengenal agama mereka hanya mengenal agama suku. Pada saat itu juga ia berdoa di dalam doanya ia mengatakan "Ya... Tuhan Hidup atau Mati Biarlah Aku Berada di Tengah-tengah Bangsa Batak ini untuk Menyebarkan Firman dan KerajaanMu". Doa ini menjadi doa yang di ingat dan diketahui oleh orang Kristen khususnya yang berada
Beginilah asal usul nama-nama keturunan Guru Mangaloksa (dalam bahasa batak toba). HUTABARAT Ia dung manang sadia leleng dung maporus simatuana i, tubu ma anak ni Guru Mangaloksa, dibahen ma goarna "si Raja Nabarat." Ala nabarat do roha ni pambahennna mangalele simatuana. PANGGABEAN Dung i mamungka huta ma Guru Mangaloksa dingkan topi ni batang aek Situmandi na margoar Lobusilindung. Tubu ma mus e anak ni Guru Mangaloksa, jadi ninna rohana ma : "Nang pe barat hubahen tu hulahula, gabe do iba." Dibahen ma goar ni anakna i "si Raja Panggabean." HUTAGALUNG Dung i dipungka nasida ma pabidangkon hauma nasida, dirabi nasida ma angka arung na tubu di rura i mambahen hamu galung. Di tingki i tubu anakna patoluhon, dibahen goarna "si Raja Hutagalung." HUTATORUAN Dung i lam dipabidang ma lolona di tano i, jadi dipungka ma muse hutana dingkan toruan ni aek Situmandi. Tubu ma muse anakna paopathon. Ia dung tubu anakna