Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Parpadanan Raja Marbun dohot Raja Sipoholon

Di tingki harajaon ni Sisingamangaraja XI (R.O.Sohahuaon) di Bakkara, masa do hagunturon/ porang di Rura Silindung. Marporang do pomparan ni ompunta Toga Sipoholon dohot pomparan ni ompunta Guru Mangaloksa (Siopat Pusoran). Ala torop ni Siopat Pusoran, godangma tartaban huta di daerah ni Sipoholon. Terjadi ma pengungsian besar-besaran, ala nungga tung paet panghorhon ni porang i. Tung mansai torop do mangungsi angka ina, dakdanak dohot angka natua-tua na so boi dohot marporang. Borhat ma tu Hutaraja tu huta ni haha ni partubu nasida Toga Sipoholon. Dibagasan hangaluton pangungsian on terjadi ma godang parungkilon di tonga-tonga ni keluarga Sibagariang maradophon keluarga-keluarga ni Hutauruk, Simanungkalit dohot Situmeang.   Alana panjaloon (penyambutan) tu angka pengungsi na ro dang apala adong perhatian manang pangurupion. (I ma mangihuthon boa-boa ni na tolu marga, alai mangihuthon pandok ni Sibagariang denggan do panjaloan nasida). Ala naung tu sobuna do

Tor - Tor Batak dan Sejarahnya ... Batak of Good

Gambar
            Menurut sejarah, awalnya tari tortor dilakukan saat acara ritual yang berhubungan dengan roh leluhur orang batak. Roh tersebut dipanggil dan “masuk” ke patung-patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut bergerak seperti menari. Banyak jenis tortor yang digunakan etnis batak dalam setiap acara yang dilakukan. Ada yang dinamakan tortor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar dimana terlebih dahulu tempat dan lokasi pesta dibersihkan sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut. Ada juga tortor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi disebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Kemudian ada tortor Tunggal Panaluan yang biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka tunggal panaluan

Tarombo

Silsilah atau tarombo merupakan cara orang batak menyimpan daftar silsilah marga mereka masing-masing dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai "orang Batak kesasar" (nalilu). Orang Batak khusunya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga. Beberapa contoh artikel yang membahas tarombo dari marga-marga Batak yaitu: *. Silaban *. Raja Naipospos, yang mempunyai lima putera dan menurunkan marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol *. Si Opat Pusoran, yang menurunkan marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, Lumban Tobing *.Raja Sonakmalela, yang menurunkan marga Simangunsong, Marpaung, dan Napitupulu dan mengangkat Parded

Partangiangan Dan Peletakan Batu Pertama Monumen Guru Mangaloksa

Gambar
Partangiangan dan Peletakan Batu Pertama Monumen Guru Mangaloksa yang dilaksanakan di Bukit Siatas Barita di Samping Rumah Kapal, Pada Tanggal 12 Januari 2015. Yang dihadiri dari banyak pihak yang mendukung acara pelaksanaan pembangunan monumen tersebut.             Acara sempat terhenti dikarenakan Tanah yang hendak di buat gedung Monumen ada pihak yang mengklaim Tanah tersebut menjadi Milik mereka. Panitia di Temani pengacara dari Sidoarjo bermarga Pasaribu, pergi ke Kantor Kapolres, untuk pengamanan.         Acara pertama adalah tor-tor Hasuhuton atau tor-tor dari anak Guru Mangaloksa yakni, Hutabarat, Panggaben (dan Simorangkir), Hutagalung, Huta Toruan (Hutapea dan Lumbantobing). Pada saat Manontor ada boru Hutabarat yang kesurupan Br. Simatupang Istri dari Guru Mangaloksa.         Acara kemudian Dilanjutkan dengan acara peletakan batu pertama yang dilaksanakan di Samping Rumah Kapal, yang dikatakan sebagai tempat peristirahatan terakhir dari Guru Mangaksa, yang kerasuk

Mangungkap Hombung

MANGUNGKAP HOMBUNG  Demikianlah orang Batak dahulu menamakan sebuah tempat penyimpanan mas, perak, intan, berlian dan harta pusaka lainnya. Hombung sejenis guci yang terbuat dari tanah liat di simpan dalam satu tempat yang tersembunyi di dalam rumah. Orangtua yang sudah lanjut usia ketika dia meninggal dan kemudian dikuburkan, ada sebuah acara yang dilakukan di rumah padamalam harinya. Itulah yang disebut dengan mangungkap Hombung. Membuka tempat penyimpanan harta benda orangtua yang sudah meninggal tadi. Sejak menurut orang Batak setiap orangtua pasti mememberikan miliki sejumlah harta atas kerja keras dan perjuangan selama hidupnya dan itu akan diberikan kepada keturunannya atau Warisan yang telah dipersiapkan kepada Anak Cucunya hasil kerja kerasnya selama masa hidupnya. Hula-hula dan orang tua serta kerabat dekat akan memulai pembicaraan untuk ungkap hombung ini. Sayang guci yang diharapkan tidak ada lagi, sebagai gantinya adalah sebuah tas, melambangkan hombung/guci tad